Mengenai Fushushul Hikam karya Ibnu Arabi







Bismillaahir rohmaanir rohiim



Assalamu ‘alaikum wa rohmatullahi wa barokatuhu




Mengenal Fusus al-Hikam


Kaitannya dengan Nubuatan/Kabar ghaib mengenai Imam Mahdi


Fusus al-Hikam; Mutiara Hikmah 27 Nabi karya (Muhyiddin ) Ibnu ‘Arabi diterjemahkan dari judul asli ‘The Bezels of Wisdom’ The Missionary Society of Saint Paul the Apostle in the state of New York, New York, 1980 Penerbit Diadit Media, Gedung Diadit Media Jl. Kramat Pulo 2A Jakarta telp. (021) 3148940, Fax. (021) 3900466 alih bahasa/penerjemah dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia: Ahmad Sahidah dan Nurjannah Arianti cet. Kedua, Februari 2009 xxxii + 424; 155 x 235 mm ISBN: 979-3957-96-4

Dalam bab tentang 2 mengenai ‘Hikmah Penghembusan Napas dalam Firman tentang Syis’ halaman 91 dalam buku terjemahan Fusus al-Hikam ini terdapat paragraph yang mengisyaratkan mengenai pembaharu akhir zaman. Di dalam paragraph tersebut sama sekali tidak disebut kata ‘Imam Mahdi’ atau ‘Isa yang akan datang’. Paragraf tersebut ialah sebagai berikut:

“Akan menjadi ada dalam garis keturunan Syis bahwasanya manusia sejati terakhir akan lahir, sambil membawa rahasia-rahasianya tentang hikmah ilahi. Manusia semacam ini tidak akan lahir sesudah dirinya. Dia akan menjadi Tanda Generasi. Di sana, akan lahir dengan dirinya seorang saudara wanita yang lahir sebelumnya, sehingga kepalanya akan menjadi kakinya. Dia akan lahir di daratan Cina dan akan berbicara dengan bahasa daerah tersebut. Kemudian kesucian akan mengatasi para pria dan wanita daerah ini dan, meskipun akan bergaul, tidak akan terlahir seorang anak sebagai manusia sejati. Dia akan menyeru mereka kepada Allah dengan tanpa keberhasilan, dan ketika Allah mengambilnya beserta orang-orang yang beriman di masanya, yang lain tetap hidup laksana binatang buas tanpa mengenal baik dan buruk, digantikan dengan hukum alam yang lebih rendah, intelek dan Syariah Suci menjadi kosong. Zaman akhir pun akan menyusul mereka.”

Komentar saya (Dildaar): kata daratan Cina bukanlah dimaksud berarti wilayah RRC tertentu yang sekarang seperti Beijing, Shanghai dll. Pada awal tahun 1200-an (beberapa puluh tahun sebelum buku ‘Fusus al-Hikam ditulis/ penulisnya mendapat mimpi/kasyaf bertemu Rasulullah), Khawarazm dan Samarqand (tanah leluhur Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad) sudah dikuasai Jenghiz Khan, kaisar Mongol-Cina. Sama kasusnya dengan sabda nabi mengenai seorang tokoh yang membawa iman dari golongan bangsanya Salman al-Farisi, faaris/Persia. Persia yang dimaksud nabi janganlah disamakan wilayahnya dengan Islamic Republic of Iran (IRI) karena Kekaisaran Persia jaman nabi sangat luas jauh melebihi IRI. Wilayah yang termasuk di dalamnya ialah Iran, Irak, sebagian Turki; bahkan pernah menguasai Suriah, Lebanon, Yordan tetapi dipukul mundur tentara Romawi Timur; Afghanistan, sebagian Pakistan, Armenia, Uzbekistan dll (Rusia selatan/Asia tengah). Samarkand (sekarang masuk Uzbekistan), daerah asal leluhur Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. termasuk dalam kekaisaran Persia.

Hadis nabi mengenainya juga tidak menyebut Imam Mahdi atau ‘Isa tetapi ‘Lau kaanal iimaanu ‘indats tsurayya lanaa lahu rijaalun au rojulun min haa-ulaa-i (Bukhori) hadis lain yang sejenis/searti ada yang menyebutkan Persia namun tidak Imam Mahdi tetapi ‘seseorang atau beberapa orang laki-laki’

Beberapa Point Penting dalam Buku tersebut

Pengantar Penerbit

Mengekspresikan rasa keagamaan lewat pengalaman mistik selalu menjadi persoalan yang actual untuk didiskusikan. Sebab, ekspresi dalam bentuk ini mempunyai watak kecenderungan yang dapat mengarahkan pada kontroversi. Tasawuf, di satu sisi memberi kontribusi besar dalam menggugah kesadaran etik, estetik, sastra, dan filsafat dalam bentuk sikap hidup, moral atau tingkah laku, namun sejarah juga mencatat bahwa ajaran ini tidak luput dari kecurigaan dan kecaman…

Arberry menyebut Ibn ‘Arabi sebagai ‘the Greatest Mystical Genius of the Arab’. Sumbangan terbesarnya dalam dunia keilmuan Islam ialah ia mengubah konsep2 esoterik Islam yang terkesan tidak terserap oleh daya cerna rasionalitas, menjadi konsep2 yg sarat dengan muatan pemahaman rasional, ramah, dan inklusif. Bukan bersifat pasti, rigid atau kaku. Oleh sementara kalangan ia diklaim sebagai satu-satunya tokoh yang berhasil menyelesaikan polemic antara al-Ghazali dan Ibn Rusyd.

Penting dicatat bahwa Ibn ‘Arabi sendiri sebenarnya tidak menggunakan istilah/term Wahdah al-Wujud untuk menyebut ajaran mistiknya. Term/istilah yg scr konseptual sebenarnya sudah muncul jauh sebelum kelahirannya, diacukan/dihubungkan pada ajarannya ketika Ibn Taimiyah jelas-jelas menolak ajarannya (Wahdatul Wujud) hingga mengkafirkan siapa pun yang mengikutinya. Membincang mainstream pemikiran Ibn ‘Arabi secara menyeluruh bukanlah sebuah kerja kecil. Tidak kurang dari 100 buku yang pernah ditulis untk mengomentari karya Fushushul Hikam.

Apa yang menarik dari buku ini? Banyak hal atau pendapat yang ‘aneh’ yang digagas penulisnya, yang tidak selaras dengan konsep-konsep keilmuan Muslim yang ‘mapan’. Ibn ‘Arabi menganut konsepsi keberagaman yg inklusif pluralistic. Ia mengecam orang yang hanya membatasi Tuhan dalam satu kredo (dogma keyakinan) saja… Dalam bidang eskatologi, Ibn ‘Arabi tidak sepaham dengan ulama-ulama yang mapan. Ia menganggap bahwa pada dasarnya semua orang akan menemukan kebahagiaannya di Akhirat, sekalipun di suatu tempat bernama Neraka. Kepedihan siksaan di Neraka tidaklah bersifat abadi, karena pada akhirnya orang-orang di Neraka akan menemukan kesenangannya, baik berupa keringanan hukuman atau bahkan kesenangan yang sama dinikmati oleh orang-orang di Surga karena rahmat Allah berada di atas murka-Nya, maka secara otomatis, hukuman di Neraka tidaklah bersifat abadi, semua pada akhirnya akan berada di Jalan Lurus.

Dalam bidang epistemology, Ibn ‘Arabi tidaklah mengandalkan kemampuan akal, kendatipun dalam banyak konsepsinya ia terkadang memaksa akal mencernanya. Ia mensintesiskan doktrin dengan penalaran intelektual, namun pada akhirnya lebih mengakui keunggulan pengetahuan intuitif daripada pengetahuan diskursif. Ibn ‘Arabi dalam buku ini, coba mengelaborasi hikmah-hikmah ilahi yang terdapat dalam 27 nabi dalam AlQuran.

Fusus al-Hikam (Fushuushul Hikam/Fushush al Hikam, bukan fushushul hukum) dalam edisi Inggris diterjemahkan the Bezels of Wisdom dalam bahasa Indonesia secara harfiah berarti Batu Cincin Hikmah, secara bebas dapat pula diterjemahkan Untaian Mutiara Hikmah. Edisi terjemahan Indonesia didasarkan pada edisi terjemahan Inggrisnya oleh R.W.J. Austin, Ibn ‘Arabi: the Bezels of Wisdom (New York: Paulist Press, 1980)

Naif bila kita betul2 ingin memahami ide-ide buku tersebut dengan hanya mendasarkan diri pada terjemahan Inggrisnya, kendatipun dari satu sisi diakui ada kelebihannya…melalui buku ini telah dicocokkan dengan edisi Arab asli yang diedit oleh Abu al-‘Ala ‘Afifi, Fusus al-Hikam (Beirut: Dar al-Kitab al-‘Arabi, t.t.)

Tentang Editor dan Penulis pengantar

Ralph Austin lahir pada 1938 di Willerby, Inggris. Memperoleh gelar Honoris dalam bidang Arab Klasik dan Ph.D dalam bidang mistisisme Islam dari Universitas of London. Ia meneliti Muhyiddin Ibn ‘Arabi secara khusus dan menghabiskan waktunya di Maroko dan Turki untuk mempelajari manuskrip-manuskrip yang relevan.

(istilah Jemaatnya mewakafkan hidupnya, adakah anak wakaf /sebagian dari kita menghabiskan waktu/hidupnya untuk hal-hal demikian? Salah satu bidang utk anak wakaf-nou ialah pengkajian literatur agama/perbandingan agama. Adakah anak wakaf yang diarahkan kesana? -Pen.)

Karyanya yang lain mengenai Ibn ‘Arabi dipublikasikan dalam bhs Prancis. Sekarang secara khusus meminati signifikansi simbolis dan arketip tentang feminism dalam mistisisme Islam (hal mana dibahas oleh Ibn ‘Arabi dalam bab terakhir buku ini)

Titus Burckhardt, putra dari pemahat Swiss lahir 1908 di Florence. Tertarik pada seni timur hal mana mengarahkannya pada studi teoretis tentang doktrin-doktrin timur, dan berulang kali singgah di Negara-negara Islam. Ia adalah tamu pada Universitas kuno al-Qarawiyin di Fez. Ia menerjemahkan beberapa karya Ibn ‘Arabi ke dalam bahasa Prancis.

Pengantar

Untuk menghindari kesalahpahaman, kami akan menunjukkan bahwa karya-karya yang ditulis oleh Muhyi ad-Din Ibn ‘Arabi ini pada dasarnya tidak mempunyai persetujuan bersyarat dari para sufi atau kontemplatif Muslim; di sini kami tidak membicarakan tentang ‘orang luar’ yang sepenuhnya menolak sufisme dalam dimensi metafisiknya… Saya (Titus Burckhardt) datang untuk mengetahui tempat di mana Ibn ‘Arabi sering menyepi untuk berdoa atau salat dan meditasi/tafakkur;..

Prakata

Fusus al-Hikam yang ditulis pada tahun-tahun terakhir kehidupan Ibn ‘Arabi, secara jelas disuguhkan sebagai ringkasan ajaran-ajaran mistik sang guru Andalusia ini dan, sebagaimana adanya, tidak diragukanmenjadi salah satu karyanya yang paling penting, yang berhubungan dengan semua tema pokok pemikirannya yang sangat orisinal dan berpengaruh besar. Sebagian besar karya ini ditulis di Damaskus (sekarang Suriah) di mana Ibn ‘Arabi menghabiskan masa sepuluh tahun terakhirnya di sana…Sebagai sebuah karya synopsis, gaya penulisannya sangat padat dan ringkas, yang secara khusus menjadikannya sebagai karya yang sulit diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa lain dalam suatu cara, sehingga mencitakan beberapa reduksi (kerancuan/kekurangan/ketidaksempurnaan) pemahaman bagi para pembaca non-Arab dan non-Muslim.…dan pengaruh-pengaruh dari yang telah menembus secara mendalam, tidak hanya ke dalam semua pemikiran Sufi berikutnya, tetapi juga ke dalam struktur mistisisme Kristen (sebagai contoh Dante Aleighari dll).

Pendahuluan

Kehidupan dan Karya Muhyi ad-Din Ibn ‘Arabi. Lahir pada 27 Ramadhan 560 (17 Agustus 1165) di kotapraja Murcia Spanyol. Nama lengkapnya Muhammad Ibn ‘Ali Muhammad Ibn ‘Arabi at-Ta’i al-Hatimi, menunjukkan bahwa dia berasal dari keturunan Arab Kuno. Ayahnya, Perdana Menteri/Menteri Utama wilayah tersebut merupakan tokoh terkenal dan berpengaruh dalam bidang politik dan pendidikan. Keluarga Ibn ‘Arabi pindah ke Sevilla dengan hati-hati ketika kalah perang dengan kaum Muslim golongan Muwahhidun. Penguasa Sevilla yang murah hati menyambut mereka dengan baik dan menempatkan mereka dalam posisi terhormat. Waktu itu, Ibn ‘Arabi berusia 8 tahun. Di sinilah ia memulai pendidikan formalnya. Pelajarannya ialah Al-Quran dan tafsir, hadis, gramatika dan komposisi Arab, serta hukum Islam.

Beliau menikah dalam usia belasan tahun dan menapaki jalan sufi semenjak usia itu. Pada usia 20 tahun ia bertemu/dipertemukan oleh ayahnya dengan Ibnu Rusyd, seorang filusuf, ahli hukum dan terpelajar Islam. Pada usia ini juga sudah mengkaji mengenai mistik islam (tasawuf) dan banyak melakukan tirakat/metode tarekat mendekatkan diri pada Allah seperti doa, salat, puasa, tahajud, i’tikaf, pengasingan diri dan periode meditasi/perenungan.

Pada 1190-an, ia kadang-kadang meninggalkan daerah asalnya dan mengadakan perjalanan ke Afrika Utara, dengan menghabiskan sebagian besar waktunya di Tunis (Tunisia). Di sini ia banyak belajar pada guru-guru sufi dan membaca karya-karya tulis mereka. Ia juga menulis puisi. Kembali ke Sevilla krn kekacauan politik di Tunis. Pergi ke Rota untuk ziarah ke tempat keramat/terhormat secara rohani. Kembali ke Fez. 1195 pulang ke Sevilla mendalami Hadis nabi bersama sang paman. Bolak-balik Sevilla dan Fez. Seperti pada masa remaja, di kota Fez, Ibn ‘Arabi bnyak mengalami pnyingkapan/Kasysyaaf.

1200, berada di Marakesy setelah sebelumnya menghadiri pemakaman Ibnu Rusyd. Dari Marakesy (skrng Maroko), mendapat kasyaf dan diperintahkan Tuhan agar pergi lagi ke Fez. Bertemu dengan seorang teman yang dpat dipercaya, Muhammad al-Hasar yang kemudian menemaninya ke daerah-daerah Islam di timur.

Mereka berdua mengadakan perjalanan mengunjungi Bijayah, Tunis, Aleksandria dan Kairo (Mesir). Ibn ‘Arabi melanjutkan perjalanan ke Makkah sendirian karena sahabatnya wafat di Kairo. Di Makkah disambut dengan ramah oleh keluarga-keluarga saleh. Diceritakan bahwa waktu itu umumnya penduduk Makkah sangat terpelajar. Di sini Ibn ‘Arabi menulis puisi ‘Tarjuman al-Asywaaq’. Ibadah dan ziarah ke Ka’bah sangat rajin beliau lakukan. Mengalami dua penyingkapan/kasyaf penting, pertama, ‘the Eternal Youth’ penyatuan hal-hal yang bertentangan,..keseluruhan ketegangan dipecahkan. Kedua, kasyaf/penyingkapan yang menegaskan bahwa dialah tanda kesucian Muhammad (mendapat gelar khotamul auliya dalam umat Muhammad s.a.w.-pen). Tidak diragukan bahwa beliau ‘Syekh agung’ dalam semua generasi sufi selanjutnya. Pengaruhnya sangat mendalam. Menyusun karya monumental ‘al-Futuhat al-Makkiyah (the Meccan Revelation). Menyelesaikan 4 karya yang lebih kecil termasuk uraian mengenai biografi singkat guru-gurunya dan apa-apa yang pernah diajarkan mereka.

1204, meninggalkan kota suci dan mengadakan perjalanan ke Baghdad. Pergi ke Mosul. Selama satu tahun menulis dan belajar. Hasilnya at-Tanazzulat al-Mausuliyah berisi tentang makna esoteric/batin/tersirat dari wudhu dan shalat.

1206, tiba di Kairo (Mesir). Mendapat tentangan keras dari ulama-ulama di sana. Selamat dengan sarana surat rekomendasi sahabat dari Tunis kpd Sultan Mesir agar melindunginya. Meninggalkan Mesir dan pergi lagi ziarah ke Makkah yang masyarakatnya lebih appresiatif.

1210, tiba di Konya (skrng Turki) setelah mengadakan perjalanan lewat Aleppo (Suriah) ke Asia Kecil. Diterima dengan penghormatan dan kemurahan hati oleh gurunya di sana dan juga Sultan/penguasa. Masyarakat dan kaum sufi Konya menghormatinya sebagai guru. Pengaruhnya sangat dominan. Tokoh kunci komentator ajaran-ajarannya ialah Sadr ad-Din al-Qunawi >>> Jalal ad-Din Rumi >>>Abd al-Karim al-Jilli.

1211, tiba di Baghdad setelah mengadakan perjalanan dari Konya ke utara melalui Kayseri, Siwa, Armenia (selatan Rusia); ke selatan, melalui Harran lalu ke Baghdad. Bertemu dengan tokoh sufi berpengaruh Umar as-Suhrawardi, penulis ‘Awarif al-Ma’arif. Umar memujinya sebagai ‘sebuah lautan-lautan kebenaran-kebenaran ilahi’.

1212 Kay Kaus dari Konya mengirim surat meminta nasihat.

1213 tiba di Aleppo (skr Suriah)

1214 tiba di Makkah, membahas kumpulan puisinya ‘Tarjuman al-Asywaaq’. Mengunjungi Madinah dan Yerussalem.

1215 menemui Kay Kaus di Malatya, Asia Kecil/Turki. Mengajar dan mengawasi murid-muridnya selama 5 tahun.

1220-1221 berada di Aleppo, menerima perlakuan terhormat dan kepercayaan dari penguasa. Para ahli hukum dan teolog (ulama) merasa cemburu.

1223-1240 setelah banyak melakukan perjalanan, menerima undangan dari al-Malik al-Adil, (penguasa keturunan Salahuddin al-Ayyubi) agar tinggal di Damaskus. Al-Asyraf, setelah ayahnya al-Adil meninggal terus mendukung Ibn ‘Arabi. Sang guru menggunakan waktunya menyelesaikan al-Futuhat al-Makkiyah (Penyingkapan-Penyingkapan yang Diterima di Makkah-) dan kumpulan puisi utamanya, ad-Diwan. Pada masa ini ia menulis Fushush al-Hikam sebagai ringkasan dari ajaran-ajarannya. (Dalam buku-buku tersebut ada pendapat Ibnu ‘Arabi yang sama dengan pendapat Ahmadiyah mengenai khotamun nabiyyin, surga-neraka dll)

Fusus al-Hikam

Terjemahan bahasa Inggris ‘the Bezels of Wisdom’ sangat harfiah dan tidak praktis. Kata bahasa Arab Fashsh, yang merupakan kata tunggal dari Fushush (fa shod ditasydid dan fa shod wau shod), berarti batu cincin (bezel) atau tempat di mana permata, yang diukir dengan sebuah nama, dirangkai untuk membuat sebuah cincin tanda. Benar bahwa kata ini juga digunakan untuk menunjukkan permata itu sendiri, tetapi bukan itulah yang dimaksudkan di sini oleh penulisnya. (Adapun kata ‘Hikam’ adalah bentuk jamak dari hikmah). Dengan menyebut karyanya, Fushuush al-Hikam, Ibn ‘Arabi bermaksud bahwa masing-masing nabi, yang dijadikan setiap judul bab dalam buku ini, adalah tempat manusia di mana batu permata dari masing-masing jenis hikmah ditetapkan, kemudian menjadikan masing-masing nabi sebagai penanda atau tanda, berdasarkan pilihan dari sebuah aspek tertentu Hikmah Keilahian.

Mukaddimah

Imam Muhyiddin Ibn ‘Arabi wrote:

“Dengan nama Allah Yang Maha Maha Pengasih, Maha Penyayang. Puji syukur kepada Allah…Semoga Allah memberkati dan melindungi Muhammad, sosok yang memberikan aspirasi dari khazanah kurnia dan kemuliaan, beserta keluarganya.

Aku melihat Rasulullah dalam suatu kunjungan kepadaku pada akhir Muharram 627, di kota Damaskus. Dia memegang sebuah kitab dan berkata kepadaku: “Ini adalah kitab Fusus al-Hikam; ambil dan sampaikan kepada manusia agar mereka bisa mengambil manfaat darinya.” Aku menjawab, “Segenap ketundukan selayaknya dipersembahkan ke hadirat Allah dan rasul-Nya; ketundukan ini seharusnya dilaksanakan sebagaimana kita diperintahkan.” Oleh karena itu, aku melaksanakan keinginanku, memurnikan niat, dan mencurahkan maksudku untuk menerbitkan kitab ini, seperti diperintahkan sang Rasul, tidak ada tambahan dan ataupun pengurangan di dalamnya. Aku memohon kepada Allah…, agar aku bisa menjadi penyampai, dan bukan seorang penulis…

“Inilah dari Allah, maka dengarkanlah! Dan kepada Allah-lah kamu kembali! Ketika kamu mendengar apa yang aku sampaikan, dengarkanlah! Maka dengan pemahaman, lihatlah rincian secara menyeluruh Dan juga, lihatlah ke semua itu sebagai bagian dari keseluruhan. Lalu, berikanlah ini pada orang-orang yang mencarinya, dan jangan lupa. Inilah rahmat yang melimpah pada kamu, maka sebarkanlah!”

        Hikmah Keilahian dalam Firman tentang Adam
        Hikmah Penghembusan Napas dalam Firman tentang Syis

        Ibnu ‘Arabi menyimpulkan bab ini dengan sebuah ramalan aneh berkenaan dengan nasib manusia sebagaimana dirumuskan dalam ajaran-ajarannya. Dia mengatakan bahwa manusia yang sesungguhnya dari garis keturunan Syis, akan lahir di Cina, dan bahwa dia akan mempunyai seorang kakak perempuan. Dia menuju pada kenabian, yang setelahnya, manusia akan menjadi liar, kehilangan semangat dan hukum, hingga datangnya sang Hari Kiamat. Kemudian, dia menunjukkan bahwa sintesis manusia khusus terhadap ruh dan alam, di mana kita semua adalah bagiannya, akan berakhir, dan mata rantainya terputus. (Syis bin Adam. Putera2 Adam; Sam, Ham, Jafeth dan Syis/Seth menurunkan keluarga2 yang dominan/berpengaruh dari segi peradaban dan kebudayaan dalam berbagai suku bangsa dan bangsa dunia-pen. )

        Hikmah Keagungan dalam Firman tentang Nuh
        Hikmah Kesucian dalam Firman tentang Idris
        Hikmah Cinta yang Mempesona dalam Firman tentang Ibrahim
        Hikmah Realitas dalam Firman tentang Ishaq
        Hikmah Keindahan dalam Firman tentang Isma’il
        Hikmah Ruh dalam Firman tentang Ya’qub
        Hikmah Cahaya dalam Firman tentang Yusuf
        Hikmah Kesatuan dalam Firman tentang Hud
        Hikmah Pembukaan dalam Firman tentang Salih
        Hikmah Hati dalam Firman tentang Syu’aib
        Hikmah Kekuasaan dalam Firman tentang Lut
        Hikmah Takdir dalam Firman tentang ‘Uzair
        Hikmah Kenabian dalam Firman tentang ‘Isa
        Hikmah Kepengasihan dalam Firman tentang Sulayman
        Hikmah Wujud dalam Firman tentang Dawud
        Hikmah Napas dalam Firman tentang Yunus
        Hikmah yang Gaib dalam Firman tentang Ayyub
        Hikmah Kemuliaan dalam Firman tentang Yahya
        Hikmah Penguasaan dalam Firman tentang Zakariyya
        Hikmah Kedekatan dalam Firman tentang Ilyas
        Hikmah Kebajikan dalam Firman tentang Luqman
        Hikmah Kepemimpinan dalam Firman tentang Harun
        Hikmah Keunggulan dalam Firman tentang Musa
        Hikmah Tempat Meminta dalam Firman tentang Khalid
        Hikmah Singularitas dalam Firman tentang Muhammad

Subhaanallahi wa bi hamdihi subhaanallahil ‘azhiim, Allahumma sholli ‘ala Muhammadin wa ‘ala aali Muhammadin (Hadhrat Masih Mau’ud a.s., para khalifah, para wali termasuk Hadhrat Ibnu ‘Arabi dll, aamiin)

Kita berdoa semoga Allah menganugerahkan pahala yg tiada putus-putusnya, salaam, rahmat dan keberkatan kepada Baginda Nabi Muhammad s.a.w., para sahabat, keluarga rohani beliau termasuk Hadhrat Imam Mahdi a.s., para khalifah beliau dan tak lupa Hadhrat Muhyiddin Ibnu ‘Arabi dll, aamiin

Wa akhiru da’wana anil hamdu lillaahi robbil ‘aalamiin

Wassalam yang lemah,

Dildaar Ahmad

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Mengenai Fushushul Hikam karya Ibnu Arabi"

Post a Comment