Semua islam itu umat Muhammad, kerjakan ibadat supaya selamat sama islam saling hormat ... selamatlah diri hari kiamat ...
“Robbisrohli sodri wayassirli amri wahlul ‘uqdatammillisani yafqohu qouli” ...
(Ya Allah ... lapangkanlah dadaku ... dan mudahkanlah urusanku ... dan lancarkanlah lidahku ... agar mereka memahami perkataanku) ...
Adapun Manusia itu dalam Akhir Masanya (maut) ... terbagi menjadi 4 Ciri yg tiada terlepas dari pada ... ILMU ... DZIKIR / INGAT ... dan RASA ... yg ada pada dirinya ...
Pertama ...
Jika semasa Hidupnya di Alam Dunia ini ... ILMU dan DZIKIR / INGAT serta RASA nya ... hanya sebatas Lahiriyyah (Syari’at) semata ... maka mereka itu disebut dengan AHLUS SYARI’AT ...
Yaitu siapa saja yg dalam ... ILMU, DZIKIR / INGAT dan RASA nya ... memaknai SYARI’AT itu adalah yang termasuk dalam Rukun Islam yang 5 Perkara itu saja ... dan kemudian ia semata2 hanya menjalankan ke-5 Rukun tsb saja ... tanpa menggali lebih dalam akan makna yg mendasari ke-5 Rukun tsb ... maka tanpa disadarinya ia telah membatasi akan SYARI’ATULLAH ...
Dan tentunya ... jika diri hanya berjalan dalam Syari’at yg 5 Rukun tsb saja ... tanpa menggali tentang makna yg mendasarinya yaitu tentang ... ke-IMAN-an ... ke-TAUHID-an ... ke-YAKIN-an … maka Ibadah yg dilakukan tidak lain hanyalah sebatas menggugurkan kewajiban semata ...
Jika hanya sebatas menggugurkan kewajiban semata ... tanpa Dasar IMAN, TAUHID, YAKIN ... maka janganlah heran jika sifat2 hewan masih dominan melekat pada dirinya ... berupa 9 hawa pada diri yaitu ... Sombong, Takabbur, Tamak, Serakah, Iri, Dengki, Hasut, Benci dan Dendam ... yg membias pada Lahiriahnya berupa Caci Cela, Hina menghinakan, Fitnah memfitnah, Kutuk mengutuk, Buruk Sangka ... lalu dimanakah manis lezatnya amal ibadah yg di lakukan … apabila ke 9 hawa pd diri masih bertengger pada dirinya …
Bukankah Allah pun menyatakan dalam Firman-NYA :
“Sesungguhnya Sholat itu dapat mencegah dari perbuatan Keji dan Mungkar”
dan Baginda Nabi Muhammad Saw pernah bersabda :
“Jika Sholat itu tidak dapat mencegah dari perbuatan Keji dan Mungkar ... bukan menjadikan dirinya semakin dekat dengan Tuhannya ... tetapi malah semakin jauh dari Tuhannya” ...
9 hawa pada diri ... adalah AKAR / DASAR terbentuknya perbuatan KEJI dan MUNGKAR pada diri ... maka jika seseorang berjalan sampai akhir hayatnya hanya di Syari’at semata ... yaitu hanya berpegang pada ke-5 Rukun tsb ... tanpa menggali dasar IMAN, TAUHID, YAQIN ... maka tentunya tidak akan didapatkan pada jiwanya berupa KETENANGAN ... karena 9 hawa pada diri masih bertengger di dirinya ...
Jika jiwanya tidak tersentuh atau tidak tenggelam atau tidak karam ... dalam “KETENANGAN JIWA” yang “HAQIQI” ... maka tiadalah ia di panggil dengan seruan ...
“Yaa….Ayyatuhannafsul Muthma’innah, Irji’ii Ila Robbiki Roodhiyatammardhiyyah, Fadkhulii fii ‘Ibaadii Wad’khullii Jannatii…..”
(wahai….jiwa yg tenang / lapang / damai / tentram (datanglah engkau kepada Penguasamu dengan Ridho serta di Ridho-i ... dan masuklah engkau ke dalam Golongan Hamba-KU ... serta masuklah engkau dalam Syurga-KU) ...
Tetapi ia akan bersesuaian dengan Firman Allah ...
“Kullu Nafsin Zaa’ikatul Maut” ... (Setiap jiwa akan merasakan mati) ...
Jika Akhir masanya ... dipanggil oleh Allah Swt dengan Firman tsb diatas ... maka tatkala ia mati ... sesungguhnya ia tidak lah mati ... melainkan ia tetaplah hidup di “sisi” Tuhannya ... dan beroleh nikmat dan karunia dari Tuhannya ...
Jika akhir masanya ... di cabut nyawa / jiwa nya (tidak di panggil) ... maka ia akan merasakan mati ... apabila ia mati maka jasad akan hancur ... membusuk dan jadi bangkai ...
Jika telah dinyatakan bahwa manusia itu diciptakan Allah lebih sempurna dibandingkan makhluk-makhluk yang lain ... maka tentunya pasti ada yang membedakan antara dirinya dengan makhluk-makhluk yang lain ... baik ciri sewaktu hidup maupun ciri sewaktu ia mati ...
Adapun ciri dikala ia mati ... tentunya matinya tidak akan sama dengan makhluk Allah Ta’ala yang lain ... Jika binatang mati ... maka tentunya ia akan menjadi bangkai ... karena membusuk dan mengeluarkan bau yang tidak sedap ... serta dihinggapi oleh belatung-belatung ...
Dan begitulah ... jika manusia Jiwanya tidak tersentuh atau tidak tenggelam atau tidak karam ... dalam “KETENANGAN JIWA” yang “HAQIQI” beserta Tuhannnya ... maka ketika ia mati jasadnya akan membusuk dan mengeluarkan aroma yang tidak sedap ... serta dihinggapi belatung-belatung ...
Jika demikian keadaan dirinya pada saat kematian ... maka berarti ia mati menjadi bangkai ... dan jika ia mati menjadi bangkai ... maka matinya seperti binatang ... dan berarti keinsanannya tak ubahnya bagaikan binatang ... Naudzubillah ...
Semoga kita semua dipelihara Allah Swt dlm Pemeliharaan-Nya ... yg penuh Rahmat & Kasih Sayang ... Amiiin
Kedua ...
Jika semasa hidup di Alam Dunia ini ... ILMU dan DZIKIR / INGAT serta RASAnya ... tidak hanya sebatas Lahiriyyah (Syari’at) ... tetapi seolah2 ada dorongan dalam hatinya untuk menggali tentang ... ke-IMAN-an, ke-TAUHID-an, ke-YAKIN-an ... dan kemudian ia bawa hatinya untuk tenggelam dalam lautan wirid dan dzikir dan TAKHOLLI (membuang Sifat2 Tercela) serta TAHALLI (menghias Hatinya dengan Sifat2 terpuji) ... maka mereka itu disebut dengan AHLUT THORIQOT ...
Alhamdulillah ... tentunya ada satu peningkatan dari segi ke-DEWASA-an bathin ... yang tadinya hanya sebatas AHLUS SYARI’AT ... dan selanjutnya menuju AHLUT THORIQOT ...
Namun hendaknya tetaplah dalam kesadaran ... bahwa perjalanan dalam pengembaraan AL-HAQ belum lah berakhir ... sebelum ia sampai ke perbatasan “MUARA TELAGA ROSUL / AL-KAUTSAR” ...
Dalam Thoriqot ... Hatinya wajib untuk selalu tenggelam dalam Wirid dan Dzikir ... dan Lahiriyyah nya senantiasa berbuat hal2 yg baik ... menjauh dari perbuatan tercela ... dan menghias diri dari perbuatan yg terpuji ... agar hatinya menjadi terpelihara kesuciannya ...
Namun sepandai2nya seseorang itu memelihara hatinya dari kekotoran2 hati ... dan sekuat2nya menjaga hatinya agar selalu tetap dalam keadaan suci ... tetapi dalam kenyataannya menjaga dan memelihara hati agar tetap suci ... tidak semudah membalik telapak tangan ...
selalu saja ibarat pepatah “menggali lubang tutup lubang” ... dan hal itu di rasakan oleh siapa saja yang berjalan di jalan ini ... belum lagi dalam hal perasaan yg selalu saja terliputi oleh jeritan2 dan tangisan2 hati ... karena “kerinduan” dan bahkan ada juga yg seolah2 seperti hanyut dalam “penyesalan2 akan segala dosa2 yg lalu” ... yg demikian itu bahkan ada yg hampir di setiap harinya hatinya selalu menangis, menjerit, hanyut dalam “tangisan kesedihan” ... baik “tangisan kesedihan” karena kerinduannya ... maupun “tangisan kesedihan” karena dosa2 ... ataupun juga “tangisan kesedihan” karena selalu gagal dalam mensucikan hatinya ...
salahkah ... hal yg demikian itu ... tidak…. tidak salah ...
Alhamdulillah ... itu adalah suatu kebaikan2 yg datang dari pada Allah Swt ... untuk menempa dirinya agar semakin mengerti akan dirinya ... Laa Hawla wa Laa Quwwata illabillah...
namun tidak sedikit bagi para pengembara2 yg berada di jalan itu hanyut dan larut dalam kemabukannya ... sehingga melupakan satu hal ... bahwa allah swt amat maha pengasih lagi maha penyayang dan penerima tobat ... serta sungguh2 amat maha dekat tiada berjarak ....
Sehingga apakah ALLAH SWT tidak akan mengampuni orang2 yg bersungguh2 dalam Tobatnya ... Dan apakah ALLAH SWT akan jauh dari dirinya ... Jika demikian mengapa diri tak menyadarinya ... dan selalu saja menangis dan bersedih …
Maka tanpa tersadari oleh dirinya sendiri ... Sesungguhnya ia telah masuk dalam keragu-raguan tentang kepastian bahwa ALLAH Swt Amat Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan Penerima Tobat ... serta sungguh2 amat maha dekat tiada berjarak ...
dengan tiadanya kesadaran akan hal itu ... membuat bathinnya semakin tertekan ... sehingga menjadi “beban bathin” yg halus tak tersadari ... lalu dimanakah “ketenangan jiwa” yang “haqiqi” itu ...
jika hal ini terus berlanjut pada dirinya sampai akhir hayatnya ... maka bathinnya semakin terpuruk dalam “beban bathin” yg halus tak tersadari itu ... dan tiadalah ia dapatkan “ketenangan jiwa” yang “haqiqi” ... maka tatkala maut itu datang pada dirinya ... tentunya izrail pun akan datang untuk men-cabut nyawa / jiwanya (kullu nafsin zaaikatul maut) ...
namun kebijaksanaan Allah swt dalam rahmat kasih sayang-nya tetap akan berlaku ... bagi mereka2 para pengembara2 di jalan ini ... sehingga insya allah akan di mudahkan dalam urusan sakaratul maut nya ...
Dan jika ia telah Inna Lillah ... maka para AHLUT THORIQOH ... Jasadnya akan di pelihara Allah Swt dari kehancuran ... dari kebusukan dan tidak akan menjadi Bangkai ...
Namun seberapa lamanya Jasad di tanam ... 10 tahun atau 100 tahun atau mungkin 1000 tahun ... Jasadnya akan tetap UTUH tidak akan hancur ... namun keadaan Jasadnya Kurus kering ... bagaikan Tulang di bungkus oleh kulit ...
Perlu di ingat bahwa ... ini bukanlah Hukuman Allah Swt atas dirinya ... melainkan dikarenakan “BEBAN BATHIN”nya sewaktu Hidup di Dunia ... itulah yg akan menyebabkan Jasadnya menjadi demikian keadaannya ... (kurus kering bagaikan Tulang di bungkus Kulit) ...
Ini adalah Kondisi AHLUT THORIQOT dalam kematiannya ... Wallahu A’lam …
Semoga kita semua dipelihara Allah Swt dlm Pemeliharaan-NYA ... yg penuh Rahmat & Kasih Sayang ... Amiiin ...
Ketiga ...
Jika semasa Hidup di Alam Dunia ini ... ILMU dan DZIKIR / INGAT serta RASAnya ... tidak hanya sebatas Lahiriyyah (Syari’at) ... juga tidak hanya tenggelam dalam Lautan Wirid dan Dzikir dan TAKHOLLI (membuang Sifat2 Tercela) serta TAHALLI (menghias Hatinya dengan Sifat2 terpuji) saja ... namun selain itu Ia memulai dengan pemaknaan yg sesungguhnya dan sebenarnya dalam “HAKIKAT” ... di balik ILMU, DZIKIR / INGAT dan RASA yg tiada terlepas dari pada IMAN, TAUHID dan YAKIN ... yang didasari dengan Pandang SYUHUD (Penyaksian akan Al-HAQ) ...
Dengan kesungguhan dalam Tafakkur ... Ia ber-MUSYAHADAH akan AF’ALULLAH ... ASMA’ULLAH ... SIFATULLAH ... dan ZATULLAH ... yg meliputi sekalian Alam berpusat pada “HAYAT / HIDUP” yg ada pada dirinya ...
Senantiasa ia tiada terlepas dari pandangan SYUHUD ... akan yg Ada (HAYAT / HIDUP) dibalik sesuatu yg disimpulkan dalam kesimpulan Tasawwuf .... “syuhudul wahdah fil katsroh ... syuhudul katsroh fil wahdah” ... (Menyaksikan dalam pandangan bathinnya ... akan yg satu ada pada yg banyak ... dan yang banyak ada pada yg satu) ... maka mereka itu disebut dengan AHLUL-HAKIKAT ...
para ahlul-hakikat ini ... menyaksikan dalam penyaksian-Nya atas diri yg sebenar2nya diri yang TAJALLI pada HAYAT / HIDUP yang ada pada dirinya ... dan pada kondisi ini 2 Kalimah Syahadat yaitu Syahadat TAUHID dan Syahadat ROSUL ... terhimpun menjadi satu pada “SYAHADAT AL-HAQ” ....
Dan disinilah ia tertarik dengan sendirinya ke dalam “KETENANGAN JIWA” yg “HAQIQI” .... Dalam “KETENANGAN JIWA” yg “HAQIQI” ini ... bukan ia lagi yang berusaha untuk mensucikan hati dan jiwanya ... namun ALLAH SWT sendirilah yg mensucikan hati dan jiwanya .... yg membias kepada AKAL - FIKIR dan AKAL - BUDI nya menjadi Jernih dan Bening ...
Ia masuk dalam Pemeliharaan dan Perlindungan ALLAH SWT ... tanpa dirinya yg berusaha sekuat “tenaga” untuk masuk dalam Pemeliharaan dan Perlindungan-NYA .... Tentunya jika diri yg berusaha sekuat “tenaga” untuk mensucikan Hati dan Jiwa akan sangat susah sekali ... namun jika ALLAH SWT sendiri yg mensucikannya maka sungguh sangat mudah bagi ALLAH SWT ...
Bukan ia lagi yang berusaha untuk mencegah dirinya dari perbuatan Keji dan Mungkar ... tetapi ALLAH lah yg memeliharanya dari perbuatan Keji dan Mungkar ...
Dan akhirnya ALLAH pun akan memelihara “KETENANGAN JIWA” yg “HAQIQI” ... yg ada pada dirinya ... karena ia telah lebur dalam pandangan SYUHUD ...
Maka pada saat itu penglihatannya menjadi Dzikir ... pendengarannya menjadi Dzikir ... penciumannya menjadi Dzikir ... Kata2nya menjadi Dzikir ... Gerak dan Diamnya menjadi Dzikir ... Darah mengalir di Jasadnya menjadi Dzikir ... Jantung berdetak menjadi Dzikir ... Hembusan Keluar Masuk Nafas pun menjadi Dzikir ...
Bagaimana mungkin tiada KETENANGAN JIWA yg Ia rasakan ...
Maka ketika telah sampai masanya untuk Inna Lillah ... di panggilah Ia dengan Seruan-NYA :
“Yaa….Ayyatuhannafsul Muthma’innah, Irji’ii Ila Robbiki Roodhiyatammardhiyyah, Fadkhulii fii ‘Ibaadii” ...
(Wahai….JIWA yg TENANG/LAPANG/DAMAI/TENTRAM (datanglah engkau kepada Penguasamu dengan Ridho serta di Ridho-i ... dan masuklah engkau ke dalam Golongan Hamba-KU).
Inilah perbatasan “MUARA TELAGA ROSUL / AL-KAUTSAR” ...
Maka ketika jasadnya di kubur ... lalu 10 tahun kemudian atau 100 tahun kemudian atau 1000 tahun kemudian ... jika kuburannya di bongkar ... maka akan terlihat JASAD nya masih tetap “UTUH” seperti baru dimasukkan ... tiada perubahan dan seperti orang yg sedang tidur ... walau Nafas tiada keluar masuk lagi ...
Adapun HAL ini karena Rahmat Kasih Sayang Allah semata ... Ini adalah Kondisi AHLUL-HAKIKAT dalam kematiannya ... WallahuA’lam ...
Semoga kita semua dipelihara Allah Swt dlm Pemeliharaan-NYA ... yg penuh Rahmat & Kasih Sayang ... Amiin ...
Keempat ...
Jika semasa Hidup di Alam Dunia ini ... ILMU dan DZIKIR / INGAT serta RASAnya ... tidak hanya sebatas Lahiriyyah (Syari’at) ... juga tidak hanya tenggelam dalam Lautan Wirid dan Dzikir dan TAKHOLLI (membuang Sifat2 Tercela) serta TAHALLI (menghias Hatinya dengan Sifat2 terpuji) saja ... dan selain itu Ia juga sudah memulai dengan pe-MAKNA-an yg sesungguhnya dan sebenarnya dalam “HAKIKAT” di balik ILMU, DZIKIR / INGAT dan pe-RASA-an yg tiada terlepas dari pada IMAN, TAUHID dan YAKIN yang di DASARI dengan Pandang SYUHUD (Penyaksian akan Al-HAQ) ... maka dengan kesungguhan dalam IKHLAS, SABAR, TAWAKKAL dan RIDHO ... membawa dirinya kepada Pengenalan akan ALLAH SWT melalui Anugrah ALLAH SWT semata ...
Sehingga bagi dirinya FANA’ dan KARAM dalam Ma’rifat kepada ALLAH SWT ... yg membuat dirinya tenggelam dalam “TELAGA AL-KAUTSAR”-NYA ... sebagaimana yg di Sabdakan Nabi Muhammad Saw ... bahwa “TELAGA AL-KAUTSAR” itu warnanya lebih Putih dari pada Susu ... lebih Manis dari pada Madu ... dan Lebih Harum dari pada Kasturi ...
Maka pada saat itu ... Ia SATU dalam Kalimah :
LAA ILAAHA ILLALLAH ... LAA FA’ILA ILLALLAH ...
LAA ILAAHA ILLALLAH ... LAA HAYYA ILLALLAH ...
LAA ILAAHA ILLALLAH ... LAA MAUJUDA ILLALLAH ...
dan Ia telah SATU dalam SIRRULLAH ... serta terasakan olehnya KESADARAN ZATULLAH ...
Maka ketika Ia Inna Lillaah ... di panggilah Ia dengan Seruan-NYA :
“Yaa….Ayyatuhannafsul Muthma’innah, Irji’ii Ila Robbiki Roodhiyatammardhiyyah, Fadkhulii fii ‘Ibaadii Wad’khullii Jannatii” ...
(Wahai….JIWA yg TENANG / LAPANG / DAMAI / TENTRAM (datanglah engkau kepada Penguasamu dengan Ridho serta di Ridho-i ... dan masuklah engkau ke dalam Golongan Hamba-KU ... serta masuklah engkau dalam Syurga-KU) ...
Dan mereka yg di sini adalah para AHLUL-MA’RIFAT yang :
Ia tidak sekedar ber-Syari’at ... akan tetapi dirinya telah diliputi SYARI’ATULLAH ...
Ia tidak sekedar ber-Thoriqot ... akan tetapi dirinya telah diliputi THORIQOTULLAH ...
Ia tidak sekedar ber-Hakikat ... akan tetapi dirinya telah diliputi HAKIKATULLAH ...
Ia tidak sekedar ber-Ma’rifat ... akan tetapi dirinya telah diliputi MA”RIFATULLAH ...
dan JASAD nya akan HILANG / LENYAP menyertai ROH nya ... kembali kepada Penguasa dirinya yaitu ALLAH SWT ... (terbang burung terbang sangkar)
Dan ini adalah Kondisi bagi para AHLUL-MA’RIFAT dalam kematiannya ...
Hari kiamat menunggu masa ... tauhidnya satu baru sentosa ... Allah ta’ala amat kuasa ... datang ajal tiadalah disiksa ....
Tidak ada yg salah bagi mereka2 ... para AHLUS SYARI’AT ... AHLUT THORIQOT ... AHLUL HAKIKAT ... dan AHLUL MA’RIFAT ... kesemuanya berada dalam Rahmat Kasih Sayang Allah Swt ... yg di sesuaikan dengan pemaknaan hidupnya sewaktu masih berada di Alam Dunia ...
Inilah sekilas garis besar nya ... dari pada ciri2 bagi yg akan mengalami kematian ... sebagai pintu gerbang menuju Hadirat Ilahi ... Wallahu A’lam ...
Semoga kita semua dipelihara Allah Swt dlm Pemeliharaan-NYA ... yg penuh Rahmat & Kasih Sayang ... Amiiin ...
Wala ikro fiddin ... tidak ada paksaan dalam beragama ...
(semampunyo bae ... dak pacak tegak duduk ... dak pacak duduk bebaring ... jangan selalu nak dapet “hadiah” (pah*lo, s*rgo) ... bukan nyo lomba ... siapo yang punyo “gawe” (qudrat iradat) ... siapo yang punyo “namo” ... lahaulawala quwwata illabillah) ...
Pesen yai :
Teguh-teguhlah dalam berpendirian ... janganlah engkau menuntut karomah ... tapi berusahalah untuk selalu beristiqomah ... dalam ma’rifatullah pada setiap keadaan ... karena dalam istiqomah ... lebih baik daripada seribu karomah ... jika Dia ingin mengenalkan Diri (Zat) Nya kepada mu ... maka jangan engkau menghitung-hitung kebaikanmu ...
(Terima kasih Yai, semoga kami dapat menjadi insan yg lebih baik dan termasuk kedalam golongan hamba2 yang diridhoi Nya) … amin
Semoga atas namaMu kami mampu bergaul denganMu ..... amin
Semua karena CINTA
La haula wala quwwata illa billahil ‘aliyil ‘azim
0 Response to "[PBUSS] Ijazah Dzikir Rasa "
Post a Comment