
A. MANAKIB DATU SUBAN
Arti Manakib kata "Manakib" artinya "Riwayat Hidup". Biasanya arti ini dalam penggunaannya banyak dikaitkan dengan tokoh sejarah kehidupan seseorang yang dikenal sebagai tokoh besar dalam masyarakat. Seperti tentang perjuangannya, silsilahnya, akhlaknya, sifat2'nya, dan lain sebagainya. Sebagaimana dijelaskan dalam kamus Al-Munjid halaman 130 kata "Manakibul Insan" diartikan: apa yang dikenal pada diri manusia tentang budi pekertinya yang terpuji dan akhlaknya yang baik pada umumnya masyarakat Islam Indonesia memberikan pengertian "Manakib" ini banyak dikaitkan dengan riwayat Syekh Abdul Qadir Jailani dan ulama terkenal lainnya dari bermacam2 seginya, misalnya dari segi Akhlaknya, Ajarannya, silsilahnya, keramatnya dan lain sebagainya.
Riwayat Datu Suban Datu Suban adalah orang asli kampung muning Tatakan. Beliau adalah seorang ahli agama dan guru yang mendalami bidangTasawuf . Datu Suban hidup hanya bersama seorang istri tinggal di Pantai Jati Munggu Karikil Tatakan yang menurut ceritera ia hanya makan jawau (singkong) karena sangat miskinnya.Meskipun dari ceritera yang ada, banyak saya tinggalkan menulisnya karena terlalu berlebih2'an & ada juga yang jelas2 bertentangan dengan Ahlus Sunnah wal Jama'ah . Semoga sobat2 semua dapat mengambil suri tauladan yang baik dari Riwayat Datu Suban dan Para Datu lainnya dan bermanfaat bagi kita semua.
Amin Ya Rabbal 'Alamin
Alkisah Datu Suban saat hidup memiliki riwayat & perjalanan hidup yang panjang. Datu Suban sering disebut Datu Sya'iban ibnu Zakari Zulkifli. Ibunda beliau bernama Maisyarah bin Mariatul Ulfah yang hidup tenang, damai & rukun tinggal dikampung Muning Tatakan - Tandui, Kecamatan Tapin Selatan, Kabupaten Tapin. Beliau saat hidupnya memiliki martabat tinggi & mulia, ramah & paling disegani yang patut diteladani oleh kita sebagai generasi penerus dan pewaris yang hidup di abad modern ini, selain pemberani dan pengayon beliau memiliki kelebihan dan wibawa serta memiliki ilmu Ladunni yang cukup tinggi. Datu Suban adalah guru dari semua Datu orang Muning. Datu Suban ini orangnya ramah-tamah kepada siapapun, kepada anak2, apalagi kepada orang tua. Akhlaknya bagus dan sangat dihormati oleh orang Muning. Tapi kalau ada orang yang berani mengganggu beliau maka akan terlihat keberhasilannya. Kalau mengatakan dengan suara keras "duduk!", Maka bagaimana beraninya orang itu terduduk, badannya gemetar, lemah segala persendiannya. Konon suatu hari Datu Suban mengundang orang2 kampung Muning dan berdialog atau bermudzakarah tentang masalah agama, ilmu dan amal Makrifat dan Muamalat. Para undangan berkumpul dirumah kediaman beliau padahal pengunjung masih banyak yang tidak dapat masuk kerumah karena rumah Datu Suban kecil / sempit, tidak mampu menampung hadirin keseluruhan. Dengan senang hati mereka mendengarkan dan mengikuti diluar. Datu Suban memulai pembicaraannya dengan mengucapkan: "Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh", dijawab oleh hadirin "Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakaatuh", Ia berkata: "aku sengaja ngundang tuan2 rumah aku ini mo ngomongin masalah Kenduri atau upacara selamatan Hari Raya Idul Fitri yang Qita nantikan isi dan keberkahannya, apakah ada saran dari Tuan2, dan dimana yang cocok Qita ngumpul ".Begitulah sebagian pembicaraan yang terjadi. Seorang yang hadir berkata: "Menurut hemat saya sehabis Sholat Hari Raya Qita ngumpul ditempat ini aja". Semua orang setuju dengan apa yang diucapkan itu. Ia memberi saran tadi adalah Datu Taming Karsa yang akhirnya menjadi pendamping setia Datu Suban yang selalu diturut oleh orang banyak. Setelah semua setuju, hari berikutnya orang2 datang bergotong-royong membersihkan lapangan untuk menyiapkan tempat Shalat Hari Raya dimuka rumah Datu Suban sendiri bernama Munggu Tayuh Tiwadak Gumpa, disanalah orang bershalat hari raya. Para jama'ah Shalat Hari Raya berdatangan dari berbagai kampung di sekitar tempat tinggal Datu Suban. Sesudah selesai shalat Hari Raya Idul Fitri yang diimami oleh Datu Suban kemudian diiringi dengan Khutbah Idul Fitri Ia akhiri dengan do'a.Sebelum jama'ah pulang ketempat masing2 upacara selamatan langsung dimulai. Saat mereka asyik berhari Raya dan saling memaafkan, diwaktu selamatan tiba2 dikejutkan oleh datangnya seorang makhluk besar dan berbadan tinggi. Para Datu masing2 mencari perlindungan dan menyiapkan senjata mereka, namun Datu Suban berdiri dengan tegap dan berkata kepada anak2 angkat beliau: "Taming Karsa, Thalib , Karipis, dan Murkat diminta agar tetap tenang dan ia mendekati makhluk aneh itu dan bertanya ":" siapa inte, mo kemana dan ada kebutuhan apa ". Orang besar itu menjawab dengan ucapan: "Laa ilaaha illallaah Muhammadurrasuulullah" sebanyak tiga kali.
Datu Suban terus bertanya tapi orang tinggi besar itu malah merendahkan diri sampai duduk di tanah lapang itu kemudian roboh di depan Datu Suban dan tidak bernafas lagi, yakni berpulang ke Rachmatullah. Para Datu jadi kebingungan atas apa yang terjadi dan dengan seksama mereka bersama Datu Suban memeriksa orang besar itu yang tiba2 datang dan tiba2 pula meninggal dunia. Datu Suban mengatakan: "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'un", diiringi dengan kata yang sama oleh para datu. Setelah Datu Suban selesai memeriksa orang itu dari kepala sampai ke ujung kaki ternyata dibadan orang besar itu tersimpan sebuah tas kecil yang disebut salipang dan didalamnya berisi sebuah kitab. Bersama2 anak angkat beliau, Datu Suban membersihkan dan memandikan dan mengkafankan orang itu kemudian menshalatkan sampai selesai. Menurut riwayat, Datu Karipis yang sanggup mencarikan batu nisannya. Datu Suban bersama para Datu lainnya menggali lobang kuburan untuk memakamkan orang itu di Munggu Karikil dekat Munggu Tayuh , disanalah orang itu dimakamkan.Karena sangat tingginya atau panjangnya orang itu, dan karena waktu mendekati senja terpaksa badan orang itu kakinya dilipat tiga atau kata orang lipat Hamzah , hingga selesailah pemakaman orang itu. Orang2 semua pulang kecuali anak2 angkat Datu Suban yang berjumlah 12 orang masih hadir untuk membicarakanMa- Arwahi orang besar itu sampai keseratus hari dengan ala kadarnya sesuai kemampuan mereka. Tiga hari tiga malam para Datu tidak pulang, kecuali sesudah Datu Suban memberi izin.
B. DATU SUBAN GURU SEKALIAN PARA DATU
Pada hari ke tujuh orang besar itu, mereka berkumpul lagi di rumah Datu Taming Karsa (singa jaya) diSimpang Tiga Tandui Baruh Hariyung, waktu itulah Datu Suban mulai membuka kitab orang besar itu dan sekaligus memberikan nama yang cocok terhadap orang itu agar tidak sulit mengenalinya . Dari lembaran ke lembaran Datu Suban membuka kitab itu sampai selesai ternyata kitab itu mengandung isi atau khasiat ilmu yang luar biasa dan bermacam2 ilmu, didalamnya ada ilmu yang mencakup untuk kesuksesan di dunia dan ilmu untuk kebahagiaan di akhirat. Datu Suban mulai mengajarkan dan menjelaskan isinya dan masing2 Datu mengambil Pak ilmu yang cocok untuk diri mereka.Menurut riwayatnya:
DATU MURKAT yang merupakan murid tertua dan pertama mengambil ilmu andalan yaitu ilmu Kepahlawanan agar disegani orang.
DATU TAMING Karsa murid yang kedua mengambil ilmu Panglima Kelasykaran yang tidak lawan kehebatannya.
DATU Niang THALIB murid yang ketiga mengambil ilmu Kabariat Dunia. Jika ia menghentakkan kaki maka orang akan terkulai lemah tak berdaya dan sampai sekarang beliau masih hidup yaitu sebagai penguasa alam gaib hutan Pulau Kadap.
DATU KARIPIS murid yang keempat mengambil ilmu Kuat dan dapat berjalan diatas air, juga memiliki ilmu tahan dibakar dan kebal terhadap berbagai macam senjata.
DATU ganun murid yang kelima mengambil ilmu Kesempurnaan dan Sukses, dapat mengCloning diri sampai empat.
DATU ARGIH murid yang keenam mengambil ilmu Kesempurnaan dunia-akhirat.
DATU UNGKU murid yang ketujuh mengambil ilmu Kabariat dunia. Dengan sekali tepuk tangan saja semua orang akan roboh tak berdaya.
DATU Labai DULIMAN murid yang kedelapan mengambil ilmu Ahli Huruf (Ilmu Falakiyah) perterjemah dan dapat mengetahui isi alam.
DATU HARUN murid yang kesembilan mengambil ilmu kebal.
10. DATU ARSANAYA murid yang kesepuluh, mulanya suka menzalim kemudian dengan kebijakan dan didikan Datu Suban ia bertobat, dapat ilmu yang sempurna, akhirnya dia menjadi orang yang Shaleh.
11. DATU Rangga mengambil ilmu Kabariat Dunia semata2.
12. DATU Galuh diang BULAN mengambil ilmu kecantikan atau awet muda. Beliau memiliki keahlian untuk bamandi-mandi agar awet muda dan cantik.
13. DATU SANGGUL merupakan murid yang paling akhir dan terkemudian menerima ilmu. Tetapi, ilmu yang beliau dapat adalah ilmu yang paling sempurna yaitu ilmu Makrifatnya kepada Allah SWT.
C. PEMBERIAN NAMA " ORANG BESAR " OLEH PARA DATU
Pada hari keseratus Ma-arwahi orang besar itu para Datu berkumpul kembali dirumah Datu Taming Karsa ( singa jaya ) untuk Batahlilan sekaligus untuk memberi nama orang besar yang diarwahi tadi, sesudah selesai semuanya Datu Suban berkata kepada sekalian para Datu2: " kira2 nama apa yang sesuai dengan orang besar itu ? "
Tak lama berselang Datu Labai Duliman memberikan saran atau jawaban atas kebingungan semua para Datu2 untuk memberi nama orang besar itu.
Datu Labai Duliman ini Ahli Ilmu Falaqiyah ( ahli huruf ) dapat menterjemahkan kedatangan orang besar itu. Kata Datu Labai Duliman: " Menurut saya orang besar itu sangat cocok dikasih nama Nuraya, al'nya orang besar tersebut datang tepat pada Hari Raya bertepatan dengan selesainya kita shalat Hari Raya.. wafatnya pun pada Hari Raya juga, dan sesuai dengan badannya yang tinggi besar seperti Raya, oleh karena 'nto bagaimana jika saya namai " Nuraya ? "
Akhirnya pendapat Datu Labai Duliman disetujui oleh para Datu2 yang hadir pada waktu itu.
NURAYA berasal dari dua kata, yaitu: " NUR " dan " RAYA ". Dalam bahasa arab NUR berarti Cahaya, sedangkan RAYA berarti luas atau besar. Jadi NURAYA berarti adalah pembawa cahaya dan sinar serta ilmu yang luas bagaikan Raya.
D. DATU SUBAN GURU YANG KASYAF
Datu Suban termasuk salah seorang Wali Allah yang sudah terkenal, karena telah mencapai Kasyaf. Kasyaf adalah tersingkapnya yang menutupi mata hati atau kondisi terbukanya hijab (tabir) yang membatasi antara manusia dengan Allah. Kasyaf dapat diperoleh seorang Wali dari dua Hal, yaitu:
Ghairu Muktasab, yaitu kasyaf yang diperoleh tanpa melalui proses usaha, namun secara alami diterimakan kepadanya atas kehendak Allah SWT.
Muktasab, yaitu kasyaf yang diperoleh melalui proses usaha seseorang. Secara garis besar, usaha ini berwujud mencurahkan seluruh gerak hidup seseorang dalam rangka mendekatkan dirinya kepada Allah SWT secara maksimal.
Diceritakan pada waktu itu dikampung Muning Tatakan, Datu Suban berbicara dihadapan murid2'nya. Kata Datu Suban: "Murid2 aku, dengar lah. Besok kita akan kedatangan tamu dari jauh yang bertujuan semata2 hanya untuk menuntut ilmu, Dia bernama Abdus Shamad, berasal dari Aceh (versi lain menyebutkan dari Hadramaut atau dari Palembang), pernah menuntut ilmu di Banten , kemudian menuntut ilmu ke Palembang, dan besok akan datang kesini dengan tujuan yang sama. Untuk menyambut Abdus Samad ini aku tugaskan pada Murkat (ganun). Murkat harus berangkat menyusul kesimpang tiga dan menunggu disana untuk menyambutnya. Keesokan harinya, Tidak berapa lama Murkat menunggu persis ditempat seperti yang dikatakan Datu Suban, datanglah Abdus Shamad dengan mengucapkan salam dan bertanya kepada Murkat, "kampung apa ini namanya", dijawab oleh Murkat "kampung Muning Tatakan". Abdus Shamad mengucapkan Alhamdulillah. Bersyukur karena telah tiba ditempat tujuan. Singkat cerita, Abdus Shamad bersama Murkat pun menuju kekediaman Datu Suban.Sesampainya ditempat Datu Suban, Abdus Shamad mengucapkan salam kemudian sujud dan mencium tangan Datu Suban seraya berkata: "inte Bapa aku dunia akhirat". Datu Suban menjawab: "inte anak aku dunia akhirat" Diceritakan lagi pada kekasyafan Datu Suban, bahwa beliau tau akan kewafatan beliau sendiri.
E. RIWAYAT DATU SANGGUL
Syekh Abdus Shamad atau Syekh Abdul Jalil atau Ahmad Sirajul Huda menurut riwayat Beliau berasal dari Aceh ( versi lain menyebutkan dari Palembang dan Hadramaut ), mendapat petunjuk dari gurunya dan dari mimpi untuk menuntut ilmu kesempurnaan ke Datu Suban di Muning Tatakan, yang sebelumnya beliau juga sudah menuntut ilmu diberbagai tempat di Sumatera dan Jawa.
Walaupun beliau murid yang terkemudian atau yang terakhir Datu Suban, tetapi beliaulah murid yang paling dikasihi dan disayangi oleh Datu Suban karena dapat menerima ilmu kesempurnaan dari Beliau.
Konon Datu Suban memerintahkan semua muridnya untuk melakukan KHALWAT dengan khusus dalam berdzikir. Khalwat itu berakhir jika diantara murid beliau menerima atau memperoleh ilmu Ladunni yang diberikan Allah kepada Hamba-Nya yang taqwa.
Sehingga pada waktu itu pengertian melakukan khalwat sama seperti menunggu atau menyanggul ( bahasa banjar ) terhadap turunnya ilmu dari Allah SWT ( Ilmu Ladunni ).
Karena murid yang paling patuh, taqwa dan khusyu' diantara murid lainnya, maka Syekh Abdus Shamad lah yang berhasil mendapatkan ilmu dari Allah itu, yaitu: ilmu ladunni. Karena berhasil menyanggul turunnya karunia ilmu Allah itulah kemudian kepada Syekh Abdus Shamad diberikan gelar Datu yang berhasil menyanggul, atau yang lebih dikenal hingga sekarang dengan sebutan Datu Sanggul oleh masyarakat Tatakan dan sekitarnya.
Melalui Datu Sanggul inilah dapat diketahui secara garis besar ajaran Datu Suban terutama dari Syair Saraba Ampat Datu Sanggul
F. AJARAN - AJARAN DATU SUBAN
Berdasarkan penuturan masyarakat dan dari berbagai sumber, baik dikalangan ulama maupun yang publik, bahwa yang diajarkan oleh Datu Suban adalah Ilmu Tauhid tingkat tinggi yaitu: ilmu mengenal diri dengan tarekat memusyahadahkan "Nur Muhammad". Hal ini tidaklah mengherankan, karena sebelum Datu Suban mengajarkan ajaran makrifat melalui Tarekat Nuh Muhammad ini, seorang Ulama Banjar Syekh Syamsuddin Al-Banjari telah menulis asal kejadian Nur Muhammad itu, yang naskahnya ditemukan oleh seorang orientalis bangsa Belanda ROwinested.Dihikayatkan, bahwa yang utama dan pertama yang diajarkan oleh Datu Suban kepada murid2 beliau adalah ilmu mengenal diri berdasarkan hadist Nabi SAW: "Man 'arafa nafsahu faqad' arafa rabbahu" yang artinya:"Barang siapa yang mengenal dirinya, sesungguhnya dia dapat mengenal Tuhannya" Maksudnya mengenal dirinya dhaif, lemah, serba ketergantungan dan kekukarangan, niscaya ia mengenal Tuhannya Allah SWT bersifat Kesempurnaan seperti Kebesaran, Kekuasaan, keperkasaan, Kekekalan serta memiliki seluruh sifat2 Kesempurnaan lainnya. Hadist ini oleh Ulama2 Hadist sebagiannya tidak dapat diterima. Dalam kitab Kasyful Khafa wa Muzilul Ilbas dikutip keterangan Muhyiddin Ibnu Arabi ': Seandainya dianggap tidak sah menurut hukum riwayat dan dirayat, tetapi dapat diterima secara kasyaf, sejalan dengan bunyi hadist Bukhari Muslim:"a'rafun naasi man a'rafu linafsihi", dan ayat "Wafii amfusikum Afalaa tubshiruun". Selanjutnya Datu Suban menjelaskan kepada murid2 beliau bahwa untuk mengenal diri itu harus tau apa arti diri yang terbagi empat.
Apa arti Diri Tajalli. (Diri Nurani)
Apa arti Diri Terpari. (Diri Jasmani)
Apa arti Diri di peri. (Diri Rohani)
Apa arti Diri yang berdiri.
Dalam hal ini sulit sekali menjelaskan satu persatu apa artinya. Kata Datu Suban, barang siapa tidak kenal diri maka tidak kenal dengan Allah. Oleh karena itu jika kita mengenal dengan Diri, niscaya kita mengenal akan Allah SWT. Selanjutnya untuk mengenal diri harus melalui tiga tahapan yaitu:
Mengetahui asalnya kejadian diri seperti yang disebutkan diatas
Matikan Dirimu dengan arti mati ma'nawi.Dikalangan anggota Tasawuf dijelaskan bahwa mati itu ada dua macam, Pertama: Mati hissi artinya mati dalam arti berpisah nyawa dengan badan, Kedua: Mati ma'nawi artinya mati sepanjang pengertian saja. Mati yang kedua inilah yang diisyaratkan Rasulullah SAW dengan sabda Beliau: "Matilah kamu sebelum mati, siapa yang ingin melihat mayit berjalan dipermukaan bumi, lihatlah Abu Bakar". Mati ma'nawi ini diartikan juga dengan mati segala nafsu ammarah (nafsu yang selalu mengarahkan ke jalan yang jelek dan nafsu yang hanya mementingkan urusan dan kesenangan duniawi). Mati yang dimaksudkan disini adalah Fana dalam arti Hakiki.
Tidak ada kita berkuasa, berkehendak, mengetahui, hidup, mendengar, melihat dan tidak ada kita berkata2 dan tidak ada yang maujud kecuali Allah karena Ia berdiri sendiri. Sedang kita dan alam ini bukan wujud karena tidak berdiri sendiri seperti bayangan tidak ada wujudnya meskipun dapat dilihat dengan mata. Allah itu tidak ada yang menyekutui / bergabung dalam wujud-Nya, sifat-Nya dan af'al-Nya. Wujud-Nya Esa. Inilah Amal Ma'rifat yaitu mengamalkan Tauhid af'al, Asma, Sifat dan Tauhidudz Dzat.
Selanjutnya beliau berpetuah agar selalu memusyahadahkan Nur Muhammad. Dalam rangka melatih musyahadah Nur perlu lebih dahulu memahami Martabat Tujuh atau disebut juga Martabat Tanazzul.Meskipun paham ini oleh sementara orang dikatakan berbau filsafat namun pada isi ajaran tetap berlandaskan Al-Qur'an dan Hadist Rasulullah SAW dan pendapat2 yang Rosikh (punya alasan kuat) dari kalangan Para Arif Billah.
Jika itu aja yang bisa saya uraikan tentang ajaran2 Datu Suban, saya nggak bisa berkomentar ajaran2 Datu Suban ini secara luas dan panjang lebar, meskipun salah seorang guru agama dari Hulu Sungai secara detail menerangkan Manakib Datu Suban beserta ajaran2 beliau, dikarenakan beberapa hal dan pertimbangan.
G. WAFATNYA DATU SUBAN
Pada suatu hari Datu Suban memanggil semua murid beliau. Murid2 Datu Suban pun segera berdatangan satu-persatu yang semuanya berjumlah 14 orang.Setelah semuanya hadir, Datu Suban membuka pembicaraan dengan mengucap salam. Semua murid beliau serentak menjawab salam beliau. Selanjutnya Datu Suban mengatakan: "pada pertemuan kali ini aku mengumumkan bahwa kitab pusaka ini akan aku serahkan kepada brada kalian Syekh Abdus Shamad (Datu Sanggul) karena menurut aku yang sanggup menerima dan mengajarkannya diantara kalian hanyalah Abdus Shamad . Yang kedua yang perlu kalian ketahui, mengapa kalian semua aku panggil dimari adalah aku sebagai guru kalian akan pulang ke Rachmatullah.Waktu penyerahan kitab kepada Datu Sanggul dan pemberitahuan akan wafatnya Datu Suban yang diberitahukan oleh Datu Suban sendiri tercatat pada tanggal 14 bulan purnama sekitar jam satu tengah malam. Kemudian Datu Suban juga menjelaskan bahwa nama asli Beliau adalah Sya'iban [ baca sebelumnya ], berubah menjadi Suban karena kebiasaan masyarakat Muning Tatakan yang cenderung salah mengucapkan nama beliau ketika memanggil beliau, bukannya Sya'iban tapi Suban. Menurut keterangan, nama Datu Suban berubah lagi ketika akan wafat dengan nama samaran yakni "sumiran". Selanjutnya sehabis menjelaskan mengenai nama asli beliau, Datu Suban kemudian berkata: "anak2 .. malam ini nggak bisa ditunda2 lagi sesuai Firman Allah SWT: "Maka apabila sudah ajalnya (yang ditentukan itu), maka tidak seorang pun yang dapat mengundurkannya dan juga tidak ada yang dapat mendahulukannya". (QSAn Nahl: 61) dan: "Allah memperbuat apa yang dikehendaki-Nya ". (QSAl-Buruj: 16) waktu aku hampir tiba kata Datu Suban, mari kita berdzikir bersama2. Kemudian Datu Suban kembali berkata kepada murid2 beliau: "perhatikanlah, bilamana aku turun kurang lebih 40 hasta sampai pada batu yang berwarna merah sebelah dan hitam sebelah. Aku nanti berdiri disitu, maka pandanglah benar2 siapakah aku yang sebenarnya, yang ada ini atau yang tidak nanti , lihatlah aku ada atau tidak, jika aku masih ada berarti ilmu yang aku ajarkan kepada kalian belum sempurna, dan jika aku menjadi tidak berarti ilmu kalian sudah sempurna, mulailah berdzikir lagi kata Datu Suban. Saat itulah Datu Suban mengingat2 diri beliau yang sudah menjadi Qurdrat -Nya, tiba2 saja tubuh Datu Suban meletus dan muncullah kukus (asap), setelah asap menghilang muncul Cahaya yang memancar2 sampai keatas ufuk yang tinggi, perlahan cahaya itu mulai lenyap kemudian hilang. Melihat kejadian itu para murid Datu Suban takjub sambil serentak mengucapkan "Inna lillahi wa innaa ilaihi raaji'uun ".
H. CARA WAFATNYA DATU SUBAN BUKAN HAL YANG ANEH
Manusia diwafatkan (meninggal / mati) oleh Allah SWT dengan berbagai cara sesuai dengan kehendak-Nya. Ada yang ditempat tidur, dalam perjalanan, mati tenggelam, terbunuh, sakit karena suatu penyakit dsb. Sedangkan wafat dengan cara menghilang banyak diceritakan oleh ahli tasawuf. salah satunya adalah yang menimpa ayah Tokoh Tarekat Naqsyabandiyah Indonesia yaitu Prof.Dr.Syekh H. Djalaluddin dalam bukunya " Sinar Keemasan "halaman 212 yang dikisahkan oleh paman beliau tentang hilangnya ayah beliau sebagai berikut ini: "Mula2 Bapa inte bertarekat Syattariah, menurut anggapan Beliau bahwa tarekat Syattariah lah yang sehampir2 jalan untuk menemui Allah. Tarekat Naqsyabandiyah ditentang oleh Beliau. Jika terjadi debat tarekat, maka kemenangan tetap ditangan Beliau. aku takut (patuh) ma Bapa inte, sebab beliau paman dan guru aku, bahkan beliau lah yang menjamin segala kebutuhan aku. Dengan tanpa sepengetahuan beliau, aku diam2 belajar Tarekat Naqsyabandiah kepada Syekh Ibrahim Grup, langsung pada tingkat Khalwat. Selesai khalwat aku pulang dengan membawa gelar. Ia marah2 ma aku, karena aku telah mempelajari Tarekat Naqsyabandiyah. Maka terjadilah debat antara aku ma beliau. Dalam perdebatan tersebut ia mengaku kalah. Kemudian ia belajar Tarekat Naqsyabandiyah ma aku. Ia melakukan khalwat 40 hari di bawah pimpinan aku. selama khalwat 40 hari itu, ia mendapatkan rahasia Allah, lantas aku diajak beliau untuk mengantarkan beliau kenegeri Grup, maksud beliau melanjutkan khalwatnya mengamalkan Tarekat Naqsyabandiyah. Hari yang keempat puluh ia raib, entah hidup ato mati, Wallahualam. diwaktu beliau akan berangkat kenegeri kelompok, inte berumur 2 tahun. Beliau beramanat ma aku, "jika inte udah dewasa ditalqinkan Tarekat Naqsyabandiyah", demikian amanat bapak inte ". sumber: HM Marwan.
0 Response to "[PBUSS] MANAKIB DATU SUBAN "
Post a Comment